Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

PTK DAN PTS

CONTOH PTK KURTILAS SEJARAH KELAS X SMA

CONTOH PTK KURTILAS SEJARAH KELAS X SMA-Pembelajaran sejarah di SMA Negeri ... Kota ... selama ini belum melibatkan potensi dan peran serta siswa secara optimal. Hal tersebut merupakan salah satu penyebab rendahnya hasil belajar dan ketuntasan siswa belum tercapai, karena siswa cenderung pasif dan kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Menanggapi permasalahan tersebut, maka dilaksanakan pembelajaran dengan model Make a Match. Metode penelitian tindakan kelas ini ditempuh dalam dua siklus. Adapun tujuan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar sejarah dan memenuhi KKM (65) melalui penerapan model pembelajaran Make a Match pada siswa kelas X.IPS.1 SMA Negeri ... Kota ... Semester Gasal Tahun Ajaran 2015/2016. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan analisa deskriptif komparatif, yang memaparkan dan membandingkan data hasil belajar siswa dari setiap siklusnya. ptk sejarah sma kurikulum 2013

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa rata-rata hasil belajar pada kondisi awal 77,4 dengan prosentase ketuntasan 8 9,6%. Setelah dilakukan tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran Make a Match diperoleh rata-rata hasil belajar siklus I sebesar 77,5 dengan ketuntasan klasikal 96,3% dan rata-rata hasil belajar pada siklus II sebesar 95,09 dengan ketuntasan klasikal 100%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar Sejarah dan menuntaskan siswa kelas X.IPS.1 SMA Negeri ... Kota ... Semester Gasal Tahun Ajaran 2015/2016.

Laporan penelitian tindakan kelas ini membahas SEJARAH SMA yang diberi judul 
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA SMA NEGERI ... KOTA ...  SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2015/2016
". Disini akan di bahas lengkap.


PTK ini bersifat hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan FILE PTK SEJARAH SMA KELAS X lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 - BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS ke 0856-47-106-928 dengan Format PESAN PTK SMA 044).

DOWNLOAD PTK SEJARAH KELAS X MAKE A MATCH

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sebuah bangsa yang besar bukanlah bangsa yang banyak penduduknya, tetapi bangsa yang besar adalah jika elemen masyarakatnya berpendidikan dan mampu memajukan negaranya. Pendidikan adalah kunci semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas, sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat.
Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi dan kebudayaan, serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Perbaikan mutu pendidikan dan pengajaran senantiasa harus terus diupayakan dan dilaksanakan dengan jalan meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui peningkatan kualitas pembelajaran, siswa akan semakin termotivasi dan belajar, daya kreativitasnya akan semakin meningkat, bersikap lebih positif, bertambah pengetahuan dan ketrampilannya, dan semakin memahami materi yang dipelajari.
Upaya peningkatan mutu pendidikan secara nasional telah dilakukan pengkajian ulang terhadap kurikulum, sehingga terjadi penyempurnaan kurikulum dari waktu ke waktu. Salah satunya dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Download ptk sejarah sma pdf

Pengamatan awal terhadap hasil belajar sejarah pada siswa kelas X.IPS1 SMA Negeri ... Kota ... semester gasal tahun ajaran 2015/2016, menunjukkan bahwa belum semua siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 65. Dari 30 siswa kelas X.IPS1, baru 89,6% yang mencapai KKM dan 10,4% belum mencapai KKM. Hasil belajar tersebut dipengaruhi oleh guru yang belum memberdayakan seluruh potensi dirinya dan siswa yang kurang berpartisipasi aktif dalam mengikuti pelajaran. Jika siswa lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran, maka tidak hanya aspek kognitif saja yang diraihnya. Namun, ada aspek lain yang diperoleh yaitu aspek afektif dan aspek psikomotorik.
Mengingat pentingnya partisipasi siswa dalam hasil belajar, maka guru diharapkan dapat menciptakan situasi pembelajaran yang lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dari paparan di atas, untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran sejarah maka perlu dilakukan penelitian tindakan kelas melalui penerapan model pembelajaran make a match agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMA Negeri ... Kota ... Semester Gasal Tahun Ajaran 2015/2016 pada mata pelajaran sejarah.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
a. Secara umum siswa kurang berpartisipasi dan kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Guru belum menerapkan model pembelajaran yang inovatif dalam proses pembelajaran sejarah.
c. Ketuntasan belajar kelas X.IPS1 belum maksimal. Oleh karena itu, diperlukan solusi lain dalam pembelajaran sejarah untuk peningkatan hasil belajar yang lebih baik dan memenuhi KKM (65).
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: “Bagaimanakah model pembelajaran make a match diterapkan dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas X.IPS1 SMA Negeri ... Kota ... semester gasal tahun ajaran 2015/2016 pada mata pelajaran sejarah?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar sejarah dan memenuhi KKM (65) melalui penerapan model pembelajaran make a match pada siswa kelas X.IPS1 SMA Negeri ... Kota ... Semester Gasal Tahun Ajaran 2015/2016.

E. Manfaat Penelitian
Secara garis besar hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
1) Memberikan sumbangan pengetahuan dan bahan tambahan referensi bagi pengembangan ilmu, khususnya tentang penelitian tindakan kelas.
2) Sebagai bahan referensi untuk mengkaji permasalahan yang sama dengan lingkup yang lebih luas.
3) Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan informasi di bidang pendidikan (Sunardi, 2011:81).
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Siswa
Mengaktifkan belajar siswa, karena pembelajaran dilakukan dengan menyenangkan dan tidak menjenuhkan.
Memberikan motivasi, mendorong dan mengembangkan nafsu belajar serta tanggung jawab belajar.
2) Bagi Guru
Memilki gambaran tentang pembelajaran sejarah yang aktif, inovatif, kretif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM).
Meningkatkan kompetensinya dalam mengajar mata pelajaran sejarah.
3) Bagi Sekolah
Sebagai salah satu bahan untuk memperbaiki mutu pendidikan di sekolah.
Dasar untuk memotivasi guru menerapkan kegiatan pembelajaran yang terpusat pada siswa melalui penerapan model pembelajaran yang inovatif.
Memberi masukan tentang salah satu upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran sejarah.

PTK SEJARAH KELAS X SMA LENGKAP WORD

BAB II
KAJIAN TEORI

A. KAJIAN TEORI
1. Belajar
Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, tetapi belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga muncul perubahan tingkah laku. Winkel (2004:53) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.

Prinsip belajar sepanjang hayat di atas, sejalan dengan empat pilar pendidikan yang dirumuskan UNESCO (1996) yaitu:
a. Learning to know, mengandung pengertian bahwa belajar itu pada dasarnya tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil belajar, akan tetapi juga harus berorientasi kepada proses belajar.
b. Learning to do, mengandung pengertian bahwa belajar itu bukan hanya sekedar mendengar dan melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan, tetapi belajar untuk berbuat dengan tujuan akhir penguasaan kompetensi yang sangat diperlukan dalam era persaingan global.
c. Learning to be, mengandung pengertian bahwa belajar adalah membentuk manusia yang menjadi dirinya-sendiri. Contoh ptk sejarah doc Dengan kata lain belajar untuk mengaktualisasikan dirinya-sendiri sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki tanggung jawab sebagai manusia.
d. Learning to live, adalah belajar untuk bekerjasama. Hal ini sangat diperlukan sesuai dengan tuntutan kebutuhan dalam masyarakat global, dimana manusia secara individu maupun kelompok tidak mungkin bisa hidup sendiri
(Wina Sanjaya, 2006:108).

Konstruktivisme merupakan suatu pandangan bagaimana seseorang belajar, yaitu menjelaskan bagaimana manusia membangun pemahaman dan pengetahuannya mengenai dunia sekitarnya melalui pengenalan terhadap benda-benda disekitarnya yang direfleksikan melalui pengalamannya (Indrawati dan Wanwan, 2009:9). Dalam prinsip konstruktivis menurut Slamet Soewardi,dkk (2005:84) bahwa seorang pengajar atau guru mempunyai peran sebagai mediator dan fasilitator yang dapat dijabarkan dalam beberapa tugas antara lain:
a. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa mengambil tanggungjawab dalam membuat design, proses dan penelitian.
b. Menyediakan sarana yang merangsang berpikir siswa secara produktif dan menyediakan kesempatan serta pengalaman yang paling mendukung belajar siswa.
c. Memonitor, mengevalusi dan menunjukkan berjalan atau tidaknya pemikiran siswa. Guru membantu siswa dalam mengevalusi hipotesa dan membuat kesimpulan.

Proses belajar yang bercirikan konstruktivisme menurut kaum konstruktivistik adalah sebagai berikut:
a. Belajar berarti membentuk makna.
b. Konstruksi berarti sesuatu hal yang sedang dipelajari terjadi dalam proses yang terus-menerus.
c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih dari
itu yaitu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru.
d. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu seseorang dalam
keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut.
e. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman peserta didik dengan dunia fisik dan lingkungannya.
f. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui peserta didik (konsep, tujuan, motivasi) yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari
(Paul Suparno dalam Indrawati dan Wanwan, 2009:11).
Hal terpenting dalam teori konstruktivisme adalah dalam proses belajar, siswalah yang harus mendapatkan penekanan. Siswa harus aktif dalam mengembangkan pengetahuannya, karena belajar siswa aktif dalam pendidikan di Indonesia sangat penting dan perlu untuk dikembangkan.

2. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM)
Pembelajaran menurut Degeng (Hamzah B. Uno, 2008:83) adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Wina Sanjaya (2010:135) mengemukakan bahwa pembelajaran dalam standar proses pendidikan didesain untuk membelajarkan siswa. Sistem pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada aktivitas siswa (active learning).
Hal ini sesuai dengan tuntutan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahwa pelaksanaan proses pembelajaran mengikuti standar kompetensi yaitu; berpusat pada siswa, mengembangkan keingintahuan dan imajinasi, memiliki semangat mandiri, bekerja sama, dan kompetensi, menciptakan kondisi yang menyenangkan, mengembangkan beragam kemampuan dan pengalaman belajar dalam mata pelajaran.

Pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) adalah salah satu metode pembelajaran berbasis lingkungan (Sofan dan Ahmadi, 2010:19). Penerapan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran harus dipraktikkan dengan benar.
Gambaran penerapannya secara garis besar sebagai berikut:
Siswa langsung terlibat ke dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemauan mereka dengan penekanan pada belajar melalui praktik.
Guru dituntut menggunakan alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar agar pembelajaran menjadi menarik, menyenangkan dan cocok bagi siswa.
Guru harus bisa mengatur kelas dengan berbagai variasi seperti bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan alat-alat pembelajaran.
Guru menerapkan tentang cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok dalam segala suasana.
Guru mendorong, memberikan motivasi siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

Pembelajaran yang sifatnya memperbaiki program pembelajaran sebelumnya yang tidak memuaskan dalam kegiatan mengajar, hasilnya dapat digolongkan inovatif karena mencoba untuk memecahkan masalah yang belum terpecahkan. Secara umum, pembelajaran inovatif adalah program pembelajaran yang langsung memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi oleh kelas berdasarkan kondisi kelas. Pada gilirannya program pembelajaran tersebut akan memberi sumbangan terhadap usaha peningkatan mutu sekolah secara keseluruhan.

Pembelajaran efektif apabila menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, karena keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif. Indrawati dan Wanwan (2009:15) memberikan pengertian pembelajaran efektif sebagai pembelajaran yang menghasilkan apa yang harus dicapai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Contoh proposal ptk sejarah doc Sebagaimana Raka Joni (Sunaryo, 1989:2) memandang strategi belajar mengajar adalah pola umum perbuatan guru dan siswa untuk mewujudkan agar proses belajar mengajar tersebut dapat terjadi secara efektif dan efisien.
Berdasarkan uraian materi yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) adalah proses pembelajaran dimana guru harus menciptakan suasana pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa aktif mengemukakan gagasan, kreatif, kritis dan mencurahkan perhatiannya secara penuh dalam belajar serta suasana pembelajaran yang menimbulkan kenyamanan bagi siswa untuk belajar.

3. Metode Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning Method)
Salah satu metode pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan adalah pembelajaran kooperatif (cooperatif learning). Slavin (Wina Sanjaya, 20 10:242) mengemukakan dua alasan mengenai pembelajaran kooperatif:
“Pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintregasikan pengetahuan dengan ketrampilan.” Metode pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori konstruktivis. 

Metode pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Siswa dalam kelompok kooperatif belajar diskusi, saling membantu dan mengajak teman satu sama lain untuk mengatasi masalah belajar.
Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa untuk aktif dan saling memberi dukungan dalam kerja kelompok untuk menuntaskan masalah dalam materi belajar. Menurut Ibrahim (2000:2) metode pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran yang membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial.
Dalam pembelajaran ini, terdapat beberapa model yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar di kelas, yaitu:
a. Cooperative Script, yaitu model belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
b. Make a Match (Mencari Pasangan), dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan model ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Model ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia.
c. Mind Mapping. Model ini sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban.
d. Think-Pare-Share (Berpikir Berpasangan Berempat), dikembangkan oleh Frank Lyman (1985). Keunggulan dari model ini adalah optimalisasi partisipasi siswa, yaitu memberi kesempatan lebih banyak kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasinya kepada orang lain.

e. Numbered Heads Together (Kepala Bernomor), yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Model ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat.
f. Student Teams-Achievement Divisions (STAD), dikembangkan oleh Slavin (1995). Bagian esensial dari model ini adalah adanya kerjasama anggota kelompok dan kompetisi antar kelompok. Siswa bekerja dalam kelompok untuk belajar dari temannya serta mengajari temannya.
g. Jigsaw (Model Tim Ahli), dikembangkan oleh Aronson, dkk (1978). Model ini memberikan kemungkinan siswa terlibat aktif diskusi dan saling komunikasi dalam suatu kelompok.
Seorang guru yang profesional akan dapat memilih dan memodifikasi sendiri model-model pembelajaran tersebut, agar lebih sesuai dengan situasi kelas. Dari beberapa model pembelajaran di atas, peneliti memilih salah satu model pembelajaran Make a Match untuk dijadikan penelitian.

4. Model Pembelajaran
Para ahli dalam menyusun model-model pengajaran berdasarkan berbagai prinsip. Joyce dan Well (Moedjiono dan Dimyati, 1991:109) berpendapat bahwa model pengajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (suatu rencana pelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pengajaran, dan membimbing pengajaran di kelas atau yang lain. Model pengajaran Joyce dan Well didasarkan atas beberapa pertimbangan sebagai berikut:
a. Meletakkan tekanan yang seimbang pada guru dan siswa, dalam kegiatan belajar mengajar kedua pihak sama-sama aktif.
b. Dapat didemonstrasikan dan dipelajari dalam waktu yang singkat.
c. Dapat dijadikan bekal bagi calon guru untuk membangun model pengajaran sendiri di kemudian hari.
Model belajar mengajar disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Ciri-ciri model belajar mengajar menurut Moedjiono dan Dimyati (1991:109) adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.
b. Mempunyai misi dan tujuan pendidikan tertentu.
c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar¬mengajar di kelas.
d. Memiliki perangkat bagian model yang dinamakan; (1)urutan langkah pengajaran atau sering disebut dengan istilah sintaks, (2)prinsip reaksi, (3)sistem sosial, dan (4)sistem pendukung.

Dari kutipan di atas maka dapat dijelaskan bahwa ciri-ciri model pembelajaran itu merupakan satu kesatuan yang dijadikan pedoman untuk merancang dan menciptakan suatu program pembelajaran yang efektif. Di dalamnya terdapat rangkaian atau urutan pembelajaran yang memiliki dampak dari terapan model pembelajaran itu sendiri. Download ptk sejarah sma kurikulum 2013
5. Model Pembelajaran Make a Match
Salah satu metode pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan untuk meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas adalah model pembelajaran make a match. Hal ini merupakan suatu ciri dari pembelajaran kooperatif seperti yang dikemukakan oleh Lie (2002:30) bahwa pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran yang menitikberatkan pada gotong royong dan kerja sama kelompok.
Penerapan model pembelajaran ini, siswa harus mencari pasangan atau mencocokkan kartu yang merupakan jawaban atau soal dengan batas waktu yang telah ditentukan, dan siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Model pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan model ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Langkah-langkah penerapan model pembelajaran make a match sebagai berikut:
Tahap Awal
a. Guru menyiapkan beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review.
b. Guru menyiapkan kertas karton yang berbeda warna untuk membuat kartu soal dan kartu jawaban.
c. Kartu soal dan kartu jawaban dipotong berbentuk segi empat (seukuran kartu remi).
d. Guru menulis pertanyaan pada kartu soal dan jawaban pertanyaan pada kartu jawaban.
e. Kartu soal dan kartu jawaban dibuat dalam jumlah yang sama, agar dapat dipasangkan.

Tahap Inti
a. Siswa dibagi menjadi 2 kelompok, satu kelompok mendapat kartu soal dan kelompok lainnya mendapat kartu jawaban.
b. Setiap siswa dibagikan sebuah kartu soal dan kartu jawaban.
c. Setiap siswa yang sudah mendapat sebuah kartu yang bertuliskan soal atau jawaban, memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.
d. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.
e. Pasangan siswa yang sudah dapat mencocokkan kartunya, kemudian saling duduk berdekatan.
f. Siswa yang belum dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban), berkumpul dalam kelompok sendiri.
g. Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran pasangan kartu¬kartu tersebut.
h. Pasangan siswa mempresentasikan topik yang diperolehnya, yang ditanggapi oleh kelompok lain.
i. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

Tahap Akhir
a. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
b. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa yang kurang memahami materi pelajaran.
Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan, karena tidak ada metode pembelajaran yang terbaik. Suatu metode pembelajaran cocok untuk materi dan tujuan tertentu, tetapi belum tentu cocok untuk materi atau tujuan lainnya. Demikian juga dengan model make a match yang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan model make a match adalah sebagai berikut:
a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik.
b. Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan.
c. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.
d. Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
e. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi.
f. Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.

Beberapa kekurangan atau kelemahan dari model make a match, antara lain:
a. Jika tidak merancangnya dengan baik, maka banyak waktu terbuang.
b. Pada awal-awal penerapan metode ini, banyak siswa yang malu bila berpasangan dengan lawan jenisnya.
c. Jika tidak mengarahkan siswa dengan baik, saat presentasi banyak siswa yang kurang memperhatikan.
d. Harus berhati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan (bisa saja karena malu).
e. Menggunakan metode ini secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan.
f. Guru perlu persiapan alat yang memadai. 
Berdasarkan proses belajar mengajar, siswa nampak lebih aktif mencari pasangan kartu antara jawaban dan soal. Dengan metode mencari kartu ini, siswa dapat mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di dalam kartu yang ditemukan dan menceritakannya dengan sederhana dan jelas secara bersama-sama.

6. Hasil Belajar
Dalam suatu proses pembelajaran diinginkan suatu pencapaian hasil dari suatu proses pembelajaran. Gagne (Hamzah, 2008:137)menyebutkan bahwa hasil belajar merupakan kapasitas terukur dari perubahan individu yang diinginkan berdasarkan ciri-ciri atau variabel bawaannya melalui perlakuan pengajaran tertentu. Sedangkan Reigeluth mengartikan hasil belajar adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda.
Nana Sudjana (1990:22) mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Howard Kingsley (Nana Sudjana, 1990:22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni: (a)ketrampilan dan kebiasaan; (b)pengetahuan dan pengertian; (c)sikap dan cita-cita. Dalam sistem pendidikan nasional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni:
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental (intelektual) yang berawal dari tingkat paling rendah (pengetahuan) sampai ke tingkat paling tinggi (evaluasi). Adapun urutan tingkatan dalam ranah kognitif adalah sebagai berikut:
(1) Tingkat pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan seseorang dalam menghafal, mengingat kembali, mengulang kembali pengetahuan yang pernah diterimanya.
(2) Tingkat pemahaman (comprehension), diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.
(3) Tingkat penerapan (application), diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam pengetahuan untuk memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.

(4) Tingkat analisis (analysis), yaitu sebagai kemampuan seseorang dalam merinci dan membandingkan data yang rumit serta mengklasifikasi menjadi beberapa kategori dengan tujuan agar dapat menghubungkan dengan data-data yang lain.
(5) Tingkat sintesis (synthesis), yaitu kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
(6) Tingkat evaluasi (evaluation), yaitu sebagai kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan atau keputusan yang tepat berdasarkan kriteria atau pengetahuan yang dimiliki.

b. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. Ada beberapa kategori ranah afektif sebagai hasil belajar, antara lain:
(1) Penerimaan (reciving), yaitu semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol, dan seleksi gej ala atau rangsangan dari luar.
(2) Jawaban (responding), yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.
(3) Penilaian (valuing), berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.
(4) Organisasi (organization), yaitu pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.
(5) Internalisasi nilai atau karakteristik nilai, yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

c. Ranah Psikomotorik
Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk ketrampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam aspek dalam ranah ini, yaitu:
(1) Gerakan refleks (ketrampilan pada gerakan yang tidak sadar).
(2) Ketrampilan gerakan dasar.
(3) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, auditif, motoris, dan lain-lain.
(4) Keharmonisan atau ketepatan (kemampuan di bidang fisik).
(5) Gerakan ketrampilan kompleks (gerakan-gerakan skill)
(6) Gerakan ekspresif dan interpretatif (kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi).
Dalam proses belajar mengajar di sekolah, tipe hasil belajar kognitif lebih dominan dibandingkan dengan tipe hasil belajar afektif dan psikomotorik. Walaupun demikian, tidak berarti bidang afektif dan psikomotorik diabaikan sehingga tidak perlu dilakukan penilaian.

7. Hubungan Pembelajaran Make a Match Dengan Hasil Belajar
Pada dasarnya pembelajaran itu mempunyai tujuan yang sama. Pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah), bahkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda. Model pembelajaran make a match mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Pada penerapan model make a match, diperoleh beberapa temuan bahwa model make a match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing. Selanjutnya, penerapan model make a match dapat membangkitkan keingintahuan dan kerjasama diantara siswa serta mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan.

8. Pembelajaran Sejarah
Mata pelajaran sejarah adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan atau peristiwa-peristiwa penting dimasa lampau dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi dan sendi-sendi kehidupan lainnya dalam masyarakat. ptk sejarah doc Dalam rangka pembangunan bangsa, pengajaran sejarah tidak semata-mata berfungsi untuk memberi pengetahuan sejarah sebagai kumpulan informasi fakta sejarah saja, tetapi juga bertujuan menyadarkan anak didik atau membangkitkan kesadaran sejarahnya. 
B. KERANGKA BERPIKIR

Gambar 1. Kerangka Berpikir
Dari skema kerangka berpikir terlihat bahwa pada awalnya guru dalam mengajar mata pelajaran sejarah belum menggunakan model pembelajaran make a match. Berdasarkan penilaian terhadap kemampuan siswa dalam mempelajari sejarah, masih rendah. Siswa belum mampu memahami pelajaran sejarah dengan baik. Siswa juga belum berpartisipasi aktif selama mengikuti proses belajar mengajar.
Penerapan model pembelajaran make a match dalam penelitian ini, merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa sekaligus menjadikan siswa lebih berpartisipasi aktif selama mengikuti proses belajar mengajar. Dengan model pembelajaran ini siswa akan lebih tertarik dengan mata pelajaran sejarah, tidak merasa bosan dan keinginan untuk mempelajari sejarah akan semakin tinggi sehingga prestasi siswa lebih meningkat.
Dari paparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran make a match hasil belajar sejarah siswa kelas X.IPS.1 SMA Negeri ... Kota ... Semester Gasal Tahun Ajaran 2015/2016 pada mata pelajaran sejarah dapat meningkat.
C. HIPOTESIS TINDAKAN
Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: Hasil belajar dan ketuntasan siswa kelas X.IPS.1 SMA Negeri ... Kota ... Semester Gasal Tahun Ajaran 2015/2016 dalam mata pelajaran sejarah akan meningkat melalui penerapan model pembelajaran make a match.

DOWNLOAD LAPORAN PROPOSAL PTK IPS SEJARAH LENGKAP

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri ... Kota ... Semester Gasal Tahun Ajaran 2015/2016. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti mata pelajaran sejarah dengan menerapkan model pembelajaran make a match. Elliot (Zainal Aqib,dkk. 2015:144) berpendapat bahwa penelitian tindakan merupakan suatu kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas praktik. Waktu yang digunakan untuk pelaksaan penelitian Siklus I pada tanggal 28 Oktober 2015 dan Siklus II tanggal 4 November 2015.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X.IPS.1 SMA Negeri ... Kota .... Siswa kelas X.IPS.1 berjumlah 40 orang terdiri dari 21 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki, yang mempunyai karakteristik pada hasil UTS semester gasal tahun ajaran 2015/2016 belum semua siswa tuntas dalam mata pelajaran sejarah sesuai dengan KKM (65).

C. Bentuk Penelitian
Adapun bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang berkolaborasi dengan melibatkan guru mata pelajaran sejarah, untuk bersama-sama melakukan penelitian. Download ptk sejarah sma pdf  Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan guru mata pelajaran sejarah bertindak sebagai observer.
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dapat diperoleh dari:
1. Siswa
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa, yang sekaligus sebagai sumber data untuk mengetahui hasil belajar, aktivitas selama pembelajaran berlangsung dan respon atau tanggapan terhadap model pembelajaran make a match yang diterapkan pada saat proses belajar mengajar mata pelajaran sejarah.
2. Guru
Aktivitas guru banyak berfungsi sebagai fasilitator yang melayani para siswa, baik dalam menjelaskan konsep pembelajaran maupun teknis operasional pembelajaran (Mulyasa, 2009:188). Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini yang bertindak sebagai guru adalah peneliti sendiri. Data yang dapat diperoleh dari guru adalah aktivitas guru dalam mengimplementasikan model pembelajaran make a match pada mata pelajaran sejarah.

3. Observer dan kolaborator
Bertindak sebagai observer sekaligus kolaborator dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah guru pamong mata pelajaran sejarah SMA Negeri ... Kota .... Observer mencatat semua kejadian yang ada dalam proses pembelajaran dalam lembar
pengamatan (observasi) yang sudah disediakan. Data yang dapat diperoleh dari observer yakni hasil pengamatan dari aktivitas siswa dan guru pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan penerapan model pembelajaran make a match.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Tes
Tes sebagai alat penilaian disusun berupa butir-butir soal yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan, tulisan atau tindakan (Nana Sudjana, 1989:35). Tes digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa, terutama aspek kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tes dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Tes hasil belajar adalah sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk mengukur belajar siswa (Slameto, 1986:34).
Bentuk tes yang peneliti pilih untuk pengumpulan data adalah tes tertulis bentuk uraian (esay) dan pilihan ganda. Tes bentuk uraian (esay) merupakan tes dengan kegiatan menguraikan jawaban pertanyaan secara jelas dan lengkap. Sedangkan, tes bentuk pilihan ganda merupakan bentuk soal yang jawabannya dapat dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan.
2. Observasi (Pengamatan)
Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya (Slameto, 1986:108). Menurut Sudjana (1990:84) observasi dapat mengukur atau menilai proses belajar, misalnya tingkah laku siswa dan guru pada saat proses belajar mengajar. Observasi dalam penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan setiap siklus, untuk mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa. Lembar pengamatan guru digunakan oleh observer pada waktu guru melaksanakan proses pembelajaran dan lembar aktivitas siswa yang dilengkapi dengan penilaian sikap siswa digunakan oleh observer untuk memantau kegiatan siswa pada waktu melakukan kegiatan pembelajaran.

3. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang silabus mata pelajaran sejarah, nilai rata-rata mata pelajaran sejarah siswa kelas X.IPS.1 pada tengah semester 1 Tahun Ajaran 2015/2016, buku atau materi pelajaran sejarah dan daftar siswa kelas X.IPS.1.
Foto digunakan untuk mendokumentasikan data tentang peristiwa yang terjadi dalam proses pembelajaran (Zainal Aqib, 2015:157). Setiap kegiatan yang terjadi di kelas baik yang dilakukan oleh guru, siswa maupun observer didokumentasikan dengan foto. Alat elektronik ini dapat membantu peneliti dalam mendeskripsikan kegiatan selama penelitian tindakan kelas. Contoh ptk sejarah doc 
4. Angket
Angket atau kuesioner merupakan suatu daftar pertanyaan¬pertanyaan tertulis yang harus dijawab oleh siswa (Slameto, 1986:153). Dalam pengumpulan data ini angket dibuat dalam bentuk chek-list agar lebih efisien, pelaksanaannya mudah, cepat dan hasil yang diperoleh banyak. Sebagaimana pendapat Kunandar (2015:173) bahwa dalam realitanya wawancara dan angket merupakan instrumen penelitian yang paling efektif untuk memperoleh data atau informasi dari responden tentang suatu masalah atau topik penelitian. Lembar angket dibagikan kepada siswa setelah proses pembelajaran berakhir. Angket berfungsi untuk mendapatkan data tentang respon atau tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran make a match pada mata pelajaran sejarah.

5. Diskusi
Diskusi dilaksanakan antara peneliti dengan kolaborator atau observer setelah proses pembelajaran selesai. Peneliti dan observer mendiskusikan secara bersama-sama hasil observasi yang dijadikan catatan lapangan untuk langkah-langkah berikutnya. Disini, hubungan kemitraan antara peneliti dan pengamat terjalin secara positif dan saling membantu.
F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Dalam penelitian tindakan kelas ini, merujuk pada model Kemmis dan McTaggart, yang pada hakikatnya berupa perangkat¬perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu: perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observing), refleksi (reflecting) yang keempatnya merupakan satu siklus (Tukiran dkk, 2010:24, adaptasi Depdiknas, 1999:21).
Keempat langkah model Kemmis dan McTaggart tersebut diatas dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. PTK model Kemmis dan McTaggart
Peneliti melaksanakan dua siklus sebagai dasar dalam penelitian tindakan kelas dan tiap siklus telah dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai.
SIKLUS I
1. Tahap Perencanaan (Planning) meliputi:
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan Kompetensi Dasar dalam silabus.
b. Menyiapkan instrumen (angket siswa, lembar pengamatan siswa dan guru).
c. Merancang format evaluasi (Post Tes) dan kunci jawabannya.
d. Menyiapkan materi pembelajaran dan media pembelajaran yang
diperlukan (kartu soal dan kartu jawaban dengan warna yang
berbeda).
e. Merancang pembelajaran dengan membentuk dua kelompok belajar siswa, tiap kelompok beranggotakan 14-20 siswa yang saling berpasangan dan berhadapan.

2. Tahap Tindakan (Action) meliputi:

Kegiatan Awal
a. Menyiapkan LCD dan kartu-kartu yang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran.
b. Mengadakan tanya jawab yang mengarah pada materi pembelajaran.
c. Siswa diberi penjelasan mengenai prosedur pelaksanaan pembelajaran make a match.
Kegiatan Inti
a. Dengan metode ceramah bervariasi, guru menjelaskan materi pelajaran mengenai tradisi sejarah masyarakat di Indonesia masa aksara pada awal perkembangan Hindu-Buddha.
b. Guru membagi kelas dalam dua kelompok belajar siswa (kelompok A untuk soal dan kelompok B untuk jawaban) secara heterogen yang saling berpasangan dan berhadap-hadapan.
c. Siswa dibagikan satu kartu soal dan satu kartu jawaban, dan tiap siswa harus mencocokkan antara kartu soal yang sesuai dengan kartu jawaban, begitu sebaliknya dengan batasan waktu.
d. Guru berkeliling untuk memberikan bimbingan dan pengarahan terhadap siswa yang belum memahami pembelajaran.
e. Siswa yang sudah mendapat pasangan melaporkan hasilnya kepada guru, kemudian siswa saling duduk berdekatan.

f. Siswa diberikan konfirmasi tentang kebenaran pasangan kartu tersebut dengan menuliskan kunci jawaban di papan tulis.
g. Secara acak satu pasangan siswa yang mendapat jawaban benar ditunjuk oleh guru untuk mempresentasikan materi yang sudah diperolehnya di depan kelas, yang ditanggapi oleh pasangan kelompok lain.
h. Guru memberikan aplaus sebagai penghargaan bagi siswa yang telah melakukan presentasi.
i. Siswa dengan dibimbing guru membuat kesimpulan hasil belajar pada materi tersebut.
Kegiatan Akhir
a. Siswa secara individual mengerjakan post tes di akhir pelajaran.
b. Siswa diminta mengisi angket untuk mengetahui tanggapannya terhadap penerapan model pembelajaran make a match.
3. Tahap Observasi (Observation) meliputi:
a. Observer mengamati aktivitas siswa pada saat pembelajaran dan aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran make a match pada mata pelajaran sejarah. Download ptk sejarah sma kurikulum 2013 
b. Observer mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan model pembelajaran make a match pada lembar pengamatan siswa dan guru.

4. Tahap Refleksi (Reflection) meliputi:
a. Siswa masih belum dapat memanfaatkan waktu yang tersedia dengan tepat.
b. Setelah diberikan konfirmasi jawaban, terdapat dua pasangan siswa yang menjawab salah.
c. Beberapa siswa masih merasa malu apabila berhadapan dengan pasangannya.
d. Pada saat presentasi terdapat beberapa kelompok terlihat kurang percaya diri.
e. Belum semua pasangan dapat mempresentasikan hasilnya karena keterbatasan waktu.
f. Melakukan diskusi dengan observer untuk membahas tentang kelemahan atau kekurangan, untuk merencanakan perbaikan tindakan pembelajaran pada siklus berikutnya
g. Menganalisa hasil pekerjaan siswa.
h. Menganalisa angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran make a match.

Berdasarkan refleksi pada siklus I, maka peneliti merencanakan mengubah strategi pada siklus II agar pelaksanaannya lebih efektif. Pada siklus ini perencanaan tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah dicapai sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut dengan materi pembelajaran (Sunardi, 2015: 88).

SIKLUS I
1. Tahap Perencanaan (Planning) meliputi:
a. Identifikasi masalah berdasarkan refleksi pada siklus I.
b. Menyusun kembali Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan Kompetensi Dasar dalam silabus.
c. Menyiapkan kembali instrumen (angket siswa, lembar pengamatan siswa dan guru).
d. Merancang kembali format evaluasi (Post Tes) dan kunci jawabannya.
e. Menyiapkan materi pelajaran tentang karya sastra masyarakat Indonesia masa aksara (dalam bentuk hand out) yang diberikan kepada siswa sebelum hari pelaksanaan penelitian siklus II, agar siswa dapat mempelajari materi dirumah.
f. Menyiapkan kembali media pembelajaran yang diperlukan (kartu soal dan kartu jawaban dengan warna yang berbeda).
g. Merancang pembelajaran dengan membentuk tiga kelompok belajar siswa, tiap kelompok beranggotakan 8-10 siswa yang saling berpasangan dan membentuk lingkaran.

2. Tahap Tindakan (Action) meliputi:
Kegiatan awal
a. Menyiapkan kartu-kartu yang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran.
b. Mengadakan tanya jawab yang mengarah pada materi pembelajaran.
c. Siswa diberi penjelasan mengenai prosedur pelaksanaan pembelajaran make a match.
Kegiatan Inti
a. Guru memberikan sedikit penjelasan materi penjelasan tentang karya sastra masyarakat Indonesia masa aksara.
b. Guru membagi kelas dalam tiga kelompok belajar (kelompok Kitab, kelompok Hikayat dan kelompok Babad).
c. Siswa dibagikan satu kartu soal dan satu kartu jawaban sesuai dengan materi kelompoknya, dan tiap siswa harus mencocokkan antara kartu soal yang sesuai dengan kartu jawaban dengan batasan waktu.
d. Tiap kelompok dibagikan kertas putih kosong (HVS) untuk menempelkan hasilnya.
e. Siswa membacakan kartu soal atau kartu jawaban yang sudah diperolehnya, untuk memudahkan mencari pasangan dalam kelompok.
f. Guru berkeliling untuk memberikan bimbingan dan pengarahan terhadap kelompok yang belum memahami pembelajaran.
g. Siswa yang sudah menemukan pasangan jawaban menyusun materi secara utuh.
h. Kelompok yang sudah selesai menyusun materi, melaporkan hasilnya kepada guru.
d. Siswa diberikan konfirmasi tentang kebenaran pasangan kartu tersebut dengan menuliskan kunci jawaban di papan tulis.

e. Secara acak satu kelompok ditunjuk oleh guru untuk mempresentasikan materi yang sudah diperolehnya di depan kelas, dan ditanggapi oleh kelompok lain.
f. Setelah tiap kelompok selesai presentasi, guru memberikan penjelasan tambahan materi dari topik yang telah dipresentasikan oleh kelompok.
g. Guru memberikan aplaus bagi kelompok yang sudah selesai presentasi.
h. Melanjutkan presentasi kelompok, begitu seterusnya sampai semua kelompok dapat mempresentasikan materinya.
i. Mengulang permainan dengan langkah-langkah seperti di atas tetapi tiap kelompok berganti materi, dan presentasi dilakukan tiap pasangan siswa.
j. Siswa dengan dibimbing guru membuat kesimpulan hasil pada materi tersebut.

Kegiatan akhir:
a. Siswa secara individual mengerjakan post tes di akhir pelajaran.
b. Siswa kembali diminta mengisi angket untuk mengetahui tanggapannya terhadap penerapan model pembelajaran make a match.
3. Tahap Observasi (Observation) meliputi:
c. Observer mengamati aktivitas siswa pada saat pembelajaran dan aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran make a match pada mata pelajaran sejarah.
d. Observer mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan model pembelajaran make a match pada lembar pengamatan siswa dan guru. Contoh proposal ptk sejarah doc 
4. Tahap Refleksi (Reflection) meliputi:
a. Antusias siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sangat baik, terlihat semua siswa aktif.
b. Siswa telah dapat memanfaatkan waktu dengan baik.
c. Kelancaran siswa dalam mengemukakan pendapat pada saat presentasi.
d. Setelah diberikan konfirmasi jawaban, hanya terdapat satu pasangan siswa yang menjawab salah.
Dari refleksi siklus II dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa dengan ketuntasan klasikal mencapai 90% pada mata pelajaran sejarah, sehingga kegiatan penelitian tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya.

G. Indikator Keberhasilan
Adapun yang menjadi indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah meningkat, yaitu nilai rata-rata klasikal sudah mencapai lebih dari sembilan puluh (>90) dan ketuntasan minimum kelas 95 %.
H. Analisis Data
Langkah selanjutnya setelah data-data diperoleh adalah menganalisis serta mengolah data. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan analisa deskriptif komparatif, yaitu dengan membandingkan dan memaparkan data hasil belajar siswa antara kondisi awal dengan siklus 1, membandingkan dan memaparkan hasil belajar siswa, aktivitas belajar siswa serta tanggapan siswa terhadap model pembelajaran make a match antara siklus 1 dan siklus 2. Sedangkan untuk menghitung prosentase ketuntasan kelas digunakan analisa kuantitatif dengan rumus:
Keterangan:
% = prosentase ketuntasan kelas 
n = jumlah siswa tuntas
N = jumlah siswa keseluruhan 
(Muh. Ali, 1993:186)

PTK KURTILAS IPS SEJARAH KELAS X WORD

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suharmanto. 2008. Perencanaan dan Pembelajaran Inovatif. Semarang: UNNES.
Depdiknas RI. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Gottschalk, Louis. 1986. Mengerti Sejarah (terjemahan Nugroho Notosusanto). Jakarta: UI Press.
Hamzah. B. Uno. 2008. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Handaru Jati dan Nurul Inayah. 2010. Peningkatan Keaktivan Dalam KBM dan Prestasi Belajar Peserta Didik Melalui Teknik Pembelajaran Mencari Pasangan (Make A Match) di SMK Negeri 1 Sedayu Tahun Ajaran 2010/2011.Skripsi. Yogyakarta: UNY.
Hisyam Zaini, Bermawi Munthe, Sekar Ayu Aryani. 2007. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD (Center for Teaching Staf Development).
Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.
Iin Indriyani. 2009. Peningkatan Kemampuan Ko gn it if Siswa Pada Jenjang
C1-C4 Materi Sistem Reproduksi Manusia Melalui Model Make A
Match Kelas XI IPA 2 SMA Muhammadiyah Bantul Tahun Ajaran
2008/ 2009. Skripsi. Yogyakarta: FKIP Universitas Ahmad Dahlan.
Indrawati dan Wanwan Setiawan. 2009. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan: untuk Guru SD. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (untuk Program BERMUTU).
Joko Winarno. 2009. Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Kolaborasi
Metode Quantum Teaching dan Snowball Throwing Siswa Kelas VI
Sem ester I SDN Kutowinangun 12 Salatiga Tahun Pelajaran
2009/2010. Skripsi. Salatiga: FKIP Universitas Kristen Satya Wacana.
Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas: sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Laily Fitria Takalondokang. 2010. Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelas IV MI Mambaul Ulum Melalui Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Index Card Match Pada Keliling dan Luas Jajargenjang. Skripsi. Malang: FKIP UMM.
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Grasindo.
Mel Silberman. 2010. 101 Cara Pelatihan dan Pembelajaran Aktif Edisi Kedua (terjemahan Dhani Daryani). Jakarta: Indeks.
Mohammad Ali, R. 1963. Pengantar Ilmu Sedjarah Indonesia. Djakarta: Bhatara.
Moedjiono dan Moh. Dimyati. 1992/1993. Strategi Belajar Mengajar. Djakarta: Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Muhammad Ali. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung : Angkasa.
Mulyasa. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas: Menciptakan Perbaikan Berkesinambungan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
. 1990. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nana Supriatna. 2007. “Pembelajaran Sejarah Dalam KTSP” dalam Makalah Semiloka Guru-Guru Sejarah MGMP Sejarah. Bandung, tanggal 5 April 2007.
Oemar Hamalik. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bhumi Aksara.
Rochiati Wiriaatmadja. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas: untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sardi. 2009. Peningkatan Prestasi Belajar IPS dengan Menggunakan Metode
Contextual Teaching and Learning Siswa Kelas I SMK PGRI Salatiga
Semester I Tahun 2009/2010. Skripsi. Salatiga: FKIP Universitas
Kristen Satya Wacana.
Sardiman. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar: Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru. Jakarta: Rajawali.
Sartono Kartodirdjo. 1992. Pendekatan Ilmu Sejarah dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia.
Sarwiji Suwandi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Yuma Pustaka.
Slameto. 1986. Evaluasi Pendidikan. Salatiga: FKIP Universitas Kristen Satya Wacana.
. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Slamet Soewardi, ddk. 2005. Perspektif Pembelajaran Berbagai Bidang Studi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi. 2010. Proses Pembelajaran Inovatif dan Kreatif dalam Kelas: Metode, Landasan Teoritis-Praktis dan Penerapannya. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Sumadi Suryabrata. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV.Rajawali.
Sunardi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas untuk Ilmu Pengetahuan Sosial. Salatiga: Widya Sari Press.
Sunaryo. 1989. Strategi Belajar Mengajar dalam Pengajaran IPS. Jakarta: Depdikbud Proyek Pengembangan Lembaga Tenaga Kependidikan.
Tukiran Tanirejdja, Irma Pujiati, Nyata. 2010. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Pengembangan Profesi Guru: Praktik, Praktis, dan Mudah. Bandung: Alfabeta.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.
Zainal Aqib, dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas: untuk Guru SMP, SMA, SMK. Bandung: Yrama Widya.
Widi Raharja. 2002. Sekitar Strategi Belajar Mengajar dan Ketrampilan Mengajar. Salatiga: FKIP-UKSW.
Widja, I Gde. 1989. Dasar-dasar Pengembangan Strategi Serta Metode Pengajaran Sejarah. Jakarta: P2LPTK.
Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Melia.
. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.
Winkel. 2004. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
Akmad Sudrajat. 2008. Model Pembelajaran Inovatif. (http://www.Model Pembelajaran Inovatif (1)_AKHMAD SUDRAJA T TENTANG PENDIDIKAN. htm). update: 23 Agustus, at 13:52.
Saiful Amin. 2011. Metode Make a Match. (http://www.metode-make-match¬tujuan-persiapan-dan.html). update: 23 Agustus 2011, at 14:42.
SMU LAB (SMU KRISTEN SATYA WACANA) SALATIGA. 2011. (www.sekolahlab.uksw). update: 20 Desember 2011, at 15.33.
Tarmizi Ramadhan. 2011. Pembelajaran Kooperatif Make a Match. (http://www.Pembelajaran Kooperatif “Make A Match ”«Tarmizi Ramadhan ’sBlog.html) update: 23 Agustus 2011 at 13:45.

Terimakasih atas kunjungan anda yang telah membaca postingan saya CONTOH PTK KURTILAS SEJARAH KELAS X SMA

ptk smp lengkap dengan lampiran, contoh ptk ips smp masa pandemi, ptk kurikulum 2013 smp,p tk ipa smp untuk kenaikan pangkat guru, contoh ptk pembelajaran daring smp, ptk ipa smp masa pandemi, contoh ptk ips smp kurikulum 2013, contoh ptk ips smp.